11 Agustus 2012

PAHALA MEMBERIKAN PINJAMAN LEBIH BESAR DARI SEDEKAH

Sebuah buku mengenai transaksi syariah yang ditulis Dr Musthafa Dib Al Bugha, pada halaman 54 beliau menuliskan sebuah Hadits Rasulullah riwayat Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pada malam Isra' saya melihat di pintu syurga tertulis, 'Sedekah pahalanya sepuluh kali lipat dan Al Qardh Al Hasan pahalanya delapan belas kali lipat.  Lalu Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril, kenapa Al Qardh lebih utama daripada sedekah? Jibril menjawab, 'Karena seseorang yang meminta sedekah (biasanya) masih punya, sementara orang yang meminjam, ia tidak akan meminjam kecuali karena sangat membutuhkan."  Sebuah makna sangat besar dalam mengembangkan usaha Al Qardh Al Hasan yaitu memberikan pinjaman yang baik dan tidak mengambil keuntungan dari pinjaman tersebut.

MEMBANGUN RUMAH DI SURGA

Hidup di dunia, kebutuhan rumah atau tempat tinggal dilihat dari sisi ekonomi merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah merupakan tempat berlindung dari panas dan hujan maupun terpaan dingin angin bahkan dari ancaman binatang buas. Rumah juga tempat membina keluarga, lebih dari itu rumah merupakan prestise perlambang kemakmuran penghuninya atau tingkat budaya manusia yang dulu sebagai penghuni gua sekarang sebagai penghuni rumah mewah dengan arsetektur modern.
Mengingat begitu penting peranan rumah bagi manusia, maka muncul berbagai cabang aktifitas manusia berkaitan dengan rumah, hitung saja misalnya: toko bahan bangunan, kontraktor, developer, KPR, arsitektur, bahkan desain interior. Persawahan dan ladang subur, hutan dan pantai disulap menjadi perumahan. Inipun masih belum dapat secara keseluruhan memenuhi kebutuhan perumahan manusia, bahkan memenuhi kebutuhan perumahan dengan model kepemilikan rumah secara kredit atau membangun rumah di atas lahan yang bukan haknya.
Inilah perlombaan manusia untuk memiliki rumah sendiri yang kadang mengabaikan sisi-sisi kemanusiannya sendiri, karena berprinsip hidup materialisme.
Berapa banyak manusia berusaha dan bersusah payah serta sengsara untuk membangun rumah di dunia ini, lalu ia habiskan harta, kesungguhan, pikiran, dan waktunya yang sangat banyak sekali. Lalu rumah yang dibangun dengan megah tersebut beresiko hancur, kebakaran, roboh, dan rusak. SeAndainya rumahnya kokoh dan tetap utuh, maka pemiliknya pasti akan mati. Kadang orang membuat rumah hingga suka duka, keringat, dan kegelisahan menerpanya. Bahkan kadang harus mengusap air wajahnya menahan malu untuk mencari hutangan dan minta penangguhan dan tambahan tempo pembayaran. Pada akhirnya ia tahu pasti rumah tersebut meninggalkannya atau ia meninggalkan rumah tersebut.

Realitas Manusia

Pada umumnya ada tiga macam syahwat dunia yang tertanam dalam diri kita yang harus selalu diwasapadai dan dikendalikan, yakni syahwat wanita, anak dan harta benda. Allah menjelaskan:
Dijadikan indah pada (pAndangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang lebih baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa bila ketiga syahwat tersebut telah menjadi tujuan hidup kita sehingga melupakan pada balasan Allah di akhirat, maka ingatlah, saat itu berarti kita sudah dikuasasi dan dikendalikan olehnya. Awalnya memang bisa hanya sekedar kesenangan dan kecintaan biasa sebagai manusia. Namun, lalma-kelamaan bisa berubah menjadi orientasi hidup duniawi semata, dan kemudian dengan tidak disadari bisa meningkat dan berubah menjadi tuhan yang disembah dan ditaati.
Saat ini, tidak sedikit kita lihat orang-orang yang menjadikan wanita, anak-anak, dan harta menjadi tuhan.
Bagi orang-orang seperti ini, mereka tidak akan pernah mau peduli halal atau haram. Yang penting mereka meraih apa yang mereka inginkan dari wanita, anak, dan harta. Wanita, anak-anak, dan harta telah melalaikan mereka dari mengingat Allah. Wanita, anak-anak, dan harta telah memalingkan mereka dari jalan hidup yang Allah ciptakan untuk mereka. Dengan tanpa disadari, mereka membangkang kepada Allah, kepada Rasulullah, dan kepada ajaran Islam yang Allah turunkan, dan Rasulullah ajarkan untuk menyelamatkan kehidupan mereka di dunia dan sekaligus di akhirat kelak.
Agar hidup kita di dunia yang sementara ini tidak menjadi hamba syahwat dan kesenangan dunia, pada ayat berikutnya Allah menawarkan kepada kita sebuah kehidupan dan balasan akhirat yang jauh lebih baik dan lebih dahsyat dari apa saja yang mungkin kita peroleh di dunia ini, seperti firman-Nya:
Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran: 15)
Inilah tawaran Allah pada kita semua. Masihkah mata kita buta sehingga tidak dapat membedakan antara kenikmatan dunia yang sementara dan tidak seberapa dengan kenikmatan akhirat dan surga yang sangat luar biasa? Masihkah hati kita keras bagaikan batu sehingga tidak mampu meyakini kebenaran tawaran Allah itu? Masihkah telinga kita pekak dan tuli sehingga tidak mampu mendengar tawaran Allah itu denga baik? Masihkan pikiran kita picik dan sempit sehingga tidak bisa mencerna dan memahami tawaran dan janji Allah yang maha dahsyat itu?
Sebuah fakta yang tak terbantahkan yang selalu kita saksikan bahwa setiap manusia pasti mati. Saat kematian tiba, tak ada lagi manfaat harta, anak, istri, teman, hAndai tolan, pangkat, jabatan, karir dan apa saja yang kita miliki di dunia ini. Semuanya akan kita tinggalkan. Rumah mewah tidak lagi berguna.
Kita akan diusung ke sebuah rumah dalam tanah yang luasnya hanya 3 x 1.5 m2 saja. Harta yang melimpah tidak lagi dapat kita nikmati. Saat kematian, kita hanya dibekali dengan beberepa lembar kain kafan yang menutupi tubuh kita. Pangkat dan kedudukan yang tinggi tidak lagi berguna, karena kita sudah kaku, tidak bisa lagi bergerak dan berbicara, serta kantor dan tempat bermain kita dibatasi sebuah tempat sempit yang bernama liang lahat di dalam bumi sana.
Istri, anak, dan keluarga yang kita cintai tidak bisa berbuat apa-apa saat jasad kita ditimbun dengan tanah yang perlahan-lahan menghilang dari pAndangan mereka. Mereka terpaksa meninggalkan kita sendirian di dalam kubur setelah pemakaman selesai. Tidak ada seorang istri, atau anak, atau keluarga, teman, anak buah dan sebagainya yang mau mendampingi kita dengan setia setelah kita dikubur
Semua ini adalah fakta bahwa semua apa yang ada dan kita miliki di dunia ini hanya sebatas di dunia. Peristiwa kematian akan memutus semuanya dengan kita. Sebab itu, orang yang cerdas ialah orang yang dapat melihat kebenaran fakta tersebut dan dia mensiasatinya dengan siasat yang akan menguntungkannya setelah mati, bukan sebelum kematian. Rasul shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Orang yang pintar itu ialah orang yang mampu mengevaluasi diriniya dan beramal (mencurahkan semua potensinya) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Attirmizi no. 2383 dan dishahihkan al-Albani dalam silsilah ahadis Shahihah).
Salah satu bukti kita tidak tertipu oleh kesenangan dan syahwat dunia ialah kita tidak terlena dalam kehidupan dunia ini. Pada waktu yang sama, kita dapat memfokuskan hidup kita di dunia ini untuk mencapai kehidupan akhirat. Kita optimalkan semua potensi yang ada pada kita, khususnya jiwa, raga, istri, anak, harta, dan waktu kita untuk membangun rumah abadi kita di surga; bukan rumah di dunia yang fana dan yang kita diami hanya sementara. Karena istana dan rumah surga sangat jauh perbedaannya dengan istana dan rumah di dunia. (Sumber : www.pengusahamuslim.com)

20 Juli 2012

Riba = Susah di Dunia dan Akhirat

Prolog

Andaikan ada berita yang mengabarkan tentang seorang anak yang memperkosa ibu kandungnya sendiri, penulis yakin gelombang kutukan terhadap pelaku perbuatan keji tersebut akan tak kuasa untuk dibendung! Bisa dipastikan tidak ada satupun orang yang berakal sehat mendukung perilaku munkar tersebut!
Namun, bagaimana halnya jika ada iklan bank yang mempromosikan pinjaman dengan bunga lunak? Akankah ada pengingkaran terhadap praktek ribawi tersebut? Ataukah justru hal itu dianggap sebagai berita yang lazim, atau bahkan akan menuai pujian lantaran lunaknya bunga yang ditawarkan? Lalu sebaliknya, ustadz yang memperingatkan umat dari bahaya berhubungan dengan bank dalam model transaksi seperti itu, akan dicap sebagai orang yang kaku, keras, saklek, dan segudang stigma lainnya?
Begitulah kira-kira sekelumit realita ketidaksadaran banyak umat dengan bahaya riba. Padahal menurut kacamata Islam, berzina dengan ibu kandung dan memakan riba dosanya adalah selevel! Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الرِّبَا ثَلاَثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَاباً، أَيْسَرُهَا مِثْلُ أَنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ
“Riba ada tujuh puluh tiga tingkatan. Yang paling ringan adalah seperti seseorang yang menzinai ibunya”. HR. Al-Hakim dan dinyatakan sahih oleh beliau dan al-Albany.

• Periodisasi Pengharaman Riba1
Sebagaimana khamar, riba tidak Allah haramkan sekaligus, melainkan melalui tahapan yang hampir sama dengan tahapan pengharaman khamar.
Pengetahuan tentang hal ini bukan untuk merubah hukum riba; sebab riba sudah jelas haram berdasarkan al-Qur’an, Sunnah maupun ijma’. Namun untuk mengetahui sejarah turunnya ayat-ayat yang berbicara tentang riba, juga untuk mengenal besarnya hikmah dan kasih sayang Allah yang mempertimbangkan kondisi psikologis para hamba-Nya dan tingkat kesiapan mereka dalam menerima hukum. Tidak kalah pentingnya juga, untuk mempelajari berbagai sisi argumen al-Qur’an dalam mengharamkan riba.

1. Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan melipatgandakan harta.
Pada tahap pertama ini, Allah ta’ala hanya memberitahukan pada mereka, bahwa cara yang mereka gunakan untuk mengembangkan uang melalui riba sesungguhnya sama sekali tidak akan berlipat di mata Allah ta’ala. Bahkan dengan cara seperti itu, secara makro berakibat pada tidak seimbangnya sistem perekonomian yang berujung pada penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan mereka sendiri.
Pematahan paradigma ini Allah gambarkan dalam QS. Ar-Rum (30): 39;
Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)”.

2. Tahap kedua: Pemberitahuan bahwa riba diharamkan atas umat terdahulu.
Setelah mematahkan paradigma tentang melipat gandakan uang sebagaimana di atas, Allah ta’ala lalu menginformasikan bahwa karena buruknya sistem ribawi ini, maka umat-umat terdahulu juga telah dilarang untuk melakukannya. Bahkan karena mereka tetap bersikeras memakan riba, maka Allah kategorikan mereka sebagai orang-orang kafir dan Allah ancam mereka dengan azab yang pedih. Ayat ini juga mengisyaratkan kemungkinan akan diharamkannya riba atas umat Islam, sebagaimana telah diharamkan atas umat sebelumnya.
Allah ta’ala berfirman,
Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah. Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan cara yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih”.QS. An-Nisa’ (4): 160-161.
3. Tahap ketiga: Gambaran bahwa riba akan membuahkan kezaliman yang berlipat ganda.
Pada tahapan yang ketiga, Allah ta’ala menerangkan bahwa riba mengakibat kezaliman yang berlipat ganda. Di antara bentuknya: si pemberi pinjaman akan membebani peminjam dengan bunga sebagai kompensasi dari pertangguhan waktu pembayaran hutang tersebut. Yang itu akan semakin bertambah dengan berjalannya waktu, apalagi manakala tenggat waktu yang telah disepakati tidak bisa dipenuhi oleh peminjam. Sehingga si peminjam akan sangat sengsara karena terbebani dengan hutang yang semakin berlipat ganda.2
Salah satu yang perlu digarisbawahi, sebagaimana dijelaskan antara lain oleh asy-Syaukany dalam Tafsirnya, bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda, sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan tidak dimaksudkan dalam ayat ini.3
Allah ta’ala mengingatkan,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kalian mendapat keberuntungan.”QS. Ali Imran (3):130.
4. Tahap keempat: Pengharaman segala macam dan bentuk riba.
Ini merupakan tahapan terakhir dari seluruh rangkaian periodisasi pengharaman riba. Dalam tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya adalah terlarang dan termasuk dosa besar.
Allah ta’ala menegaskan,
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) bila kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Tetapi jika kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak pula dizalimi (dirugikan).” QS. Al-Baqarah (2): 278-279.
• Kerugian duniawi pelaku riba
Satu hal yang seharusnya selalu diingat setiap insan, manakala Islam melarang suatu perbuatan, pasti perilaku tersebut memuat kerusakan fatal atau mengakibatkan bahaya besar bagi pelakunya, baik di dunia maupun akhirat. Sekalipun barangkali perbuatan itu mengandung beberapa manfaat. Jika dicermati ulang dengan teliti, ternyata manfaat tadi bila dibandingan dengan keburukan yang ditimbulkannya, jelas tidak ada apa-apanya.
Banyak orang mengira bahwa dengan jual beli sistem riba atau meminjamkan uang yang berbunga akan menguntungkan dirinya, padahal sejatinya tidaklah demikian. Keuntungan yang nampaknya banyak, tidak lain hanyalah fatamorgana belaka. Allah ta’ala berfirman, “Allah melenyapkan riba dan menyuburkan sedekah”. QS. Al-Baqarah (2): 276.
Lenyapnya harta hasil riba, kata Imam Ibn Katsir dalam Tafsirnya, bisa jadi lenyap secara total dari tangan pemiliknya, atau keberkahan harta tersebut hilang, sehingga tidak bisa dipetik manfaatnya.
Di antara indikasi ketidakberkahan suatu harta, manakala dimakan, dia akan menumbuhkan berbagai macam penyakit di tubuh, menjadikan hati tidak tentram, membuat anak-anak nakal dan sulit diatur. Manakala digunakan untuk membangun rumah, maka tidak nyaman untuk ditinggali. Bahkan bisa jadi Allah akan memusnahkannya dalam sekejap, dengan mengirim api untuk membakarnya, atau mengutus air untuk menenggelamkannya, atau musibah lainnya.
Itu sekedar contoh dampak buruk riba yang berskala kecil (baca: pribadi). Adapun dampaknya yang lebih luas, kiranya krisis ekonomi di Amerika belum lama ini merupakan contoh paling mudah dan jelasnya.
Banyak orang merasa heran bagaimana Amerika Serikat yang konon memiliki sistem ekonomi dan keuangan yang kuat, bisa mengalami krisis yang begitu parah, hingga total hutang negeri Paman Sam saat ini mencapai 15 triliun dolar, sebagaimana dilansir blog ekonomi, The Economy Collapse (TEC).
Usut punya usut, biang keladi dari krisis tersebut tidak lain adalah lembaga keuangan di Amerika Serikat, terutama perbankan. Bahwa negara Amerika menjalan sistem ekonomi riba tentu kita semua sudah tahu. Tapi bukan hanya itu masalahnya. Ada tindakan negatif yang dilakukan bank-bank di Amerika untuk meraup keuntungan lebih. Tindakan ini berkaitan dengan pemberian kredit rumah.
Permisalan gampangnya seperti ini. Para nasabah seharusnya membayar cicilan bunga kredit sebesar 200 ribu setiap bulan. Ternyata bank memberikan keringanan semu kepada nasabah dengan menarik cicilan bunga kredit sebesar 100 ribu setiap bulan. Tentu 100 ribu sisanya tidak direlakan begitu saja. Lebih kejamnya sisa cicilan bunga tersebut dimasukkan ke dalam hutang kredit pokok. Secara otomatis, pokok kredit yang bertambah akan menyebabkan nominal bunga pinjaman pun bertambah. Intinya bisa dikatakan, bunga pinjaman kemudian berbunga lagi. Tentu hal ini membuat para nasabah tidak mampu membayar cicilan karena nilainya terus membengkak.
Akibatnya, banyak nasabah yang harus kehilangan rumah kredit tersebut. Lebih lanjut hal ini berdampak pada merosotnya bisnis properti yang ada di Amerika. Bak bola salju, krisis ini terus menggelinding sambil menyeret gumpalan-gumpalan krisis yang lain hingga terus menjalar ke benua Eropa. Sungguh benar firman Allah ta’aladalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 276 tersebut di atas.
Cukup kiranya bagi umat manusia krisis ekonomi di Asia, Amerika, dan Eropa menjadi pelajaran yang berharga. Terutama sekali bagi kita sebagai umat Islam yang diberikan sistem ekonomi terbaik dari sisi Allah. Dan sudah saatnya bagi kita untuk hijrah dari ekonomi kapitalis atau riba kepada ekonomi Islam atau syariah. Ini semua untuk kemaslahatan kita di dunia terutama di akhirat kelak. 4
• Kerugian ukhrawi pelaku riba
Keterangan di atas baru membahas tentang sebagian kecil dampak buruk riba di dunia, yang ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan akibatnya di akhirat.
Sejak awal kebangkitan para pemakan riba dari alam kubur saja, mereka sudah berpenampilan mengenaskan; seperti orang gila yang kesurupan setan!

“Orang-orang yang memakan riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
 QS. Al-Baqarah (2): 275.
Kelanjutannya, mereka terancam dengan siksaan yang sangat pedih di neraka.

“Barangsiapa mendapat peringatan dari Rabbnya, lalu ia berhenti (dari memakan riba), maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Namun barang siapa yang kembali (memakan riba), maka bagi mereka adalah azab neraka dan mereka kekal di dalamnya”. 
QS. Al-Baqarah (2): 275.
Sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendeskripsikan berbagai jenis siksaan yang disiapkan Allah untuk para pemakan riba.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menuturkan ‘kunjungannya’ ke neraka,
Kami mendatangi sungai yang airnya merah seperti darah. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang yang berenang di dalamnya, dan di tepi sungai ada orang yang mengumpulkan batu banyak sekali. Lalu orang yang berenang itu mendatangi orang yang telah mengumpulkan batu, sembari membuka mulutnya dan memakan batu-batu tersebut … Orang tersebut tidak lain adalah pemakan riba”. HR. Bukhari (no. 7047) dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ’anhu.
Dalam hadits lain diceritakan,
أَتَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى قَوْمٍ بُطُونُهُمْ كَالْبُيُوتِ فِيهَا الْحَيَّاتُ تُرَى مِنْ خَارِجِ بُطُونِهِمْ، فَقُلْتُ: “مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرَائِيلُ؟” قَالَ: “هَؤُلَاءِ أَكَلَةُ الرِّبَا
“Pada malam Isra’ aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah, dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?”. “Mereka adalah para pemakan riba” jawab beliau”. HR. Ibn Majah (no. 2273) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai lemah oleh al-Albany.
Semoga tulisan sederhana ini bisa lebih menyadarkan kaum muslimin bahwa riba hanyalah akan membawa kesusahan di dunia dan akhirat, maka ayo bersegeralah untuk meninggalkan riba!

Ditulis di Pesantren “Tunas Ilmu” Purbalingga, 08 Rabi’ul Awwal 1433 / 31 Januari 2012
Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, M.A.
Artikel www.pengusahamuslim.com

18 Februari 2012

MEMBANGUN ERA BISNIS SYARIAH

Subhanallah....bumi yang luas ini dipergunakan untuk kemakmuran
manusia. Saya membayangkan sistem tata surya kita, kita mencoba
membayangkan berada di atas bumi antara bulan dan bumi namun lebih
dekat dengan bumi... Sebuah Maha Karya Agung dari Allah SWT. Sebuah
keseimbangan bumi yang melayang di jagat raya dan berotasi pada
sumbunya serta berevolusi mengelilingi matahari. Sudah cukuplah Allah
memberikan kekayaan kepada kita melalui bumi untuk dipergunakan
sebagai kemakmuran manusia. Marilah kita mulai kembangkan apa yang
telah Allah SWT berikan melalui kitab-Nya. Bisnis yang baik dan
ambilah makna dari bisnis yang terkandung dalam Al Quran. Allah SWT
menceritakan lautan da isinya untuk manusia, pertanda bisnis perikanan
laut. Allah SWT menceritakan tumbuhnya biji-bijian, pertanda bisnis
pertanian, perkebunan. Allah SWT menceritakan ternak, pertanda bisnis
peternakan. Allah SWT memberikan petunjuk untuk menutup aurat,
pertanda bisnis fashion yang Islami. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang kesucian, pertanda bisnis yang berkaitan dengan kebersihan
diri dan rumah tinggal. Allah SWT menceritakan tempat tinggal kaum
terdahulu, pertanda bisnis property. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang halalnya jual beli dan tinggalkan riba.
Astaghfirullah....semoga petunjuk dari Allah SWT secara bertahap dapat
memberikan jalan yang terbaik bagi kita semua dalam beribadah dan
berkarya untuk agama dan keluarga. Amin.

Re: MEMBANGUN ERA BISNIS SYARIAH

Subhanallah....bumi yang luas ini dipergunakan untuk kemakmuran
manusia. Saya membayangkan sistem tata surya kita, kita mencoba
membayangkan berada di atas bumi antara bulan dan bumi namun lebih
dekat dengan bumi... Sebuah Maha Karya Agung dari Allah SWT. Sebuah
keseimbangan bumi yang melayang di jagat raya dan berotasi pada
sumbunya serta berevolusi mengelilingi matahari. Sudah cukuplah Allah
memberikan kekayaan kepada kita melalui bumi untuk dipergunakan
sebagai kemakmuran manusia. Marilah kita mulai kembangkan apa yang
telah Allah SWT berikan melalui kitab-Nya. Bisnis yang baik dan
ambilah makna dari bisnis yang terkandung dalam Al Quran. Allah SWT
menceritakan lautan da isinya untuk manusia, pertanda bisnis perikanan
laut. Allah SWT menceritakan tumbuhnya biji-bijian, pertanda bisnis
pertanian, perkebunan. Allah SWT menceritakan ternak, pertanda bisnis
peternakan. Allah SWT memberikan petunjuk untuk menutup aurat,
pertanda bisnis fashion yang Islami. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang kesucian, pertanda bisnis yang berkaitan dengan kebersihan
diri dan rumah tinggal. Allah SWT menceritakan tempat tinggal kaum
terdahulu, pertanda bisnis property. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang halalnya jual beli dan tinggalkan riba.
Astaghfirullah....semoga petunjuk dari Allah SWT secara bertahap dapat
memberikan jalan yang terbaik bagi kita semua dalam beribadah dan
berkarya untuk agama dan keluarga. Amin.

Pada tanggal 18/02/12, NUR WAHYU ADIWIJAYA
<nurwahyuadiwijaya@gmail.com> menulis:
> Subhanallah....bumi yang luas ini dipergunakan untuk kemakmuran
> manusia. Saya membayangkan sistem tata surya kita, kita mencoba
> membayangkan berada di atas bumi antara bulan dan bumi namun lebih
> dekat dengan bumi... Sebuah Maha Karya Agung dari Allah SWT. Sebuah
> keseimbangan bumi yang melayang di jagat raya dan berotasi pada
> sumbunya serta berevolusi mengelilingi matahari. Sudah cukuplah Allah
> memberikan kekayaan kepada kita melalui bumi untuk dipergunakan
> sebagai kemakmuran manusia. Marilah kita mulai kembangkan apa yang
> telah Allah SWt berikan melalui kitab-Nya. Bisnis yang baik dan
> ambilah makna dari bisnis yang terkandung dalam Al Quran. Allah SWT
> menceritakan lautan da isinya untuk manusia, pertanda bisnis perikanan
> laut. Allah SWT menceritakan tumbuhnya biji-bijian, pertanda bisnis
> pertanian, perkebunan. Allah SWT menceritakan ternak, pertanda bisnis
> peternakan. Allah SWT memberikan petunjuk untuk menutup aurat,
> pertanda bisnis fashion yang Islami. Allah SWT memberikan petunjuk
> tentang kesucian, pertanda bisnis yang berkaitan dengan kebersihan
> diri dan rumah tinggal. Allah SWT menceritakan tempat tinggal kaum
> terdahulu, pertanda bisnis property. Allah SWT memberikan petunjuk
> tentang halalnya jual beli dan tinggalkan riba.
> Astaghfirullah....semoga petunjuk dari Allah SWT secara bertahap dapat
> memberikan jalan yang terbaik bagi kita semua dalam beribadah dan
> berkarya untuk agama dan keluarga. Amin.
>

MEMBANGUN ERA BISNIS SYARIAH

Subhanallah....bumi yang luas ini dipergunakan untuk kemakmuran
manusia. Saya membayangkan sistem tata surya kita, kita mencoba
membayangkan berada di atas bumi antara bulan dan bumi namun lebih
dekat dengan bumi... Sebuah Maha Karya Agung dari Allah SWT. Sebuah
keseimbangan bumi yang melayang di jagat raya dan berotasi pada
sumbunya serta berevolusi mengelilingi matahari. Sudah cukuplah Allah
memberikan kekayaan kepada kita melalui bumi untuk dipergunakan
sebagai kemakmuran manusia. Marilah kita mulai kembangkan apa yang
telah Allah SWt berikan melalui kitab-Nya. Bisnis yang baik dan
ambilah makna dari bisnis yang terkandung dalam Al Quran. Allah SWT
menceritakan lautan da isinya untuk manusia, pertanda bisnis perikanan
laut. Allah SWT menceritakan tumbuhnya biji-bijian, pertanda bisnis
pertanian, perkebunan. Allah SWT menceritakan ternak, pertanda bisnis
peternakan. Allah SWT memberikan petunjuk untuk menutup aurat,
pertanda bisnis fashion yang Islami. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang kesucian, pertanda bisnis yang berkaitan dengan kebersihan
diri dan rumah tinggal. Allah SWT menceritakan tempat tinggal kaum
terdahulu, pertanda bisnis property. Allah SWT memberikan petunjuk
tentang halalnya jual beli dan tinggalkan riba.
Astaghfirullah....semoga petunjuk dari Allah SWT secara bertahap dapat
memberikan jalan yang terbaik bagi kita semua dalam beribadah dan
berkarya untuk agama dan keluarga. Amin.

17 Februari 2012

SEBUAH RENUNGAN SEKEJAP

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya
kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang
telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba,
dan dari segala kemurkaan-Mu. (HR. Muslim no. 2739)

 
Design by Nur Wahyu Adiwijaya | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons